24 April 2009

Privacy Policy

Privacy Policy for http://bioenergy-ys.blogspot.com

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at yatisupriok@gmail.com.

At http://bioenergy-ys.blogspot.com/, the privacy of our visitors is of extreme importance to us. This privacy policy document outlines the types of personal information is received and collected by http://bioenergy-ys.blogspot.com/ and how it is used.

Log Files
Like many other Web sites, http://bioenergy-ys.blogspot.com/ makes use of log files. The information inside the log files includes internet protocol ( IP ) addresses, type of browser, Internet Service Provider ( ISP ), date/time stamp, referring/exit pages, and number of clicks to analyze trends, administer the site, track user’s movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.

Cookies and Web Beacons
http://bioenergy-ys.blogspot.com/ does use cookies to store information about visitors preferences, record user-specific information on which pages the user access or visit, customize Web page content based on visitors browser type or other information that the visitor sends via their browser.

DoubleClick DART Cookie
.:: Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on http://bioenergy-ys.blogspot.com/.
.:: Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to users based on their visit to http://bioenergy-ys.blogspot.com/ and other sites on the Internet.
.:: Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html

Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include ....
Google Adsense


These third-party ad servers or ad networks use technology to the advertisements and links that appear on http://bioenergy-ys.blogspot.com/ send directly to your browsers. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies ( such as cookies, JavaScript, or Web Beacons ) may also be used by the third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertisements and / or to personalize the advertising content that you see.

http://bioenergy-ys.blogspot.com/ has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. http://bioenergy-ys.blogspot.com/'s privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites.

If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites.

6 April 2009

Karakteristik Bakteri yang Terlibat dalam Proses Pembentukan Biogas

Karakteristik Bakteri Non Metanogen

Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan biogas untuk mengubah senyawa yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana . Bakteri non metanogen terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu bakteri aerob dan bakteri anaerob yang termasuk golongan bakteri hidrolitik, fermentatif, dan asetogenik.(Madigan et al, 2003)

Golongan bakteri hidrolitik memiliki berbagai enzim hidrolitik ekstraseluler yang disekresikan ke luar sel untuk memecah senyawa kompleks seperti polisakarida, asam nukleat, dan lipid, menjadi molekul yang lebih kecil sehingga dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber karbon dan elekton donor (Bibiana,1994; Madigan et al, 2003), contoh bakteri hidrolitik adalah bakteri genus Bacillus sp. Bacillus mampu hidup dalam lingkungan aerob atau fakultatif aerob, dapat membentuk spora dengan tipe sentral, atau terminal yang menyebabkan Bacillus lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan, jika lingkungan menguntungkan spora bergerminasi kembali menjadi sel vegetatif. (Madigan et al, 2003).


Enzim yang dimiliki oleh bakteri hidrolitik diantaranya adalah amilase, protease, lipase, gelatinase, selulase (Cappuccino & Sherman, 2005). Enzim amilase mengkatalis hidrolisis polisakarida menjadi disakarida seperti maltosa. Enzim protease mengkatalis hidrolisis pemutusan ikatan peptida. Enzim lipase mengkatalis trigliserida menjadi asam lemak rantai panjang dan gliserol.(Bibiana, 1994). Enzim gelatinase mengkatalis hidrolisis gelatin, gelatin merupakan suatu protein yang dapat diperoleh dari hidrolisis kolagen (Cappuccino & Sherman, 2005). Enzim selulase mengkatalis hidrolisis selulosa (Makoi & Ndakidemi, 2008)



Secara umum terdapat tiga enzim selulose, yaitu endonuklease yang memutuskan ikatan non kovalen pada struktur kristal selulosa, eksoselulose yang menghidrolisis individu selulosa menjadi gula lebih sederhana, β-glukosidase yang menghidrolisis disakarida dan tetrasakarida menjadi glukosa (Criquet, 2002). Glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis selulosa selanjutnya dimetabolisme oleh mikroorganisme lain, dalam kondisi aerob glukosa dikonversi menjadi CO2 , sedangkan pada kondisi anaerob glukosa dikonversi menjadi asam organik dan alkohol yang selanjutnya menjadi CH4 dan CO2.(Rao, 1982). Menurut Atlas & Bartha (1981) Beberapa mikroorganisme selulolitik diantaranya adalah Cellulomonas, Clostridium, Corynebacterium, Pseudomonas, Vibrio, Chaetomium, Trichoderma, Nocardia dan Streptomyces .(Hammond et al., 1984 ; Rao, 1982).


Hasil kerja bakteri hidrolitik akan digunakan oleh mikroorganisme lain untuk metabolisme. Glukosa sebagai molekul yang dihasilkan dari proses hidrolisis akan dikonversi menjadi asam organik dan alkohol oleh mikroorganisme fermentatif dalam kondisi anaerob. (Rao, 1982). Umumnya bakteri fermentatif ditemukan sebagai bakteri usus, memiliki dua jalur fermentasi yaitu fermentasi asam campuran dan fermentasi 2,3-butanediol.(Madigan et al, 2003). Tiga asam organik dihasilkan dalam fermentasi asam campuran yaitu asam asetat, asam laktat, asam suksinat serta dihasilkan pula etanol, CO2, dan H2. Dalam fermentasi 2,3-butanediol hanya dihasilkan sedikit asam organik namun etanol, CO2, dan H2 merupakan produk utama. Contoh bakteri yang dapat melakukan fermentasi asam campuran adalah Escherichia coli, sedangkan contoh bakteri yang dapat melakukan fermentasi 2,3-butanediol adalah Enterobacter, Klebsiella, dan Serratia. Bakteri fermentatif lain yang bukan golongan bakteri usus adalah Clostridium, Bakteri golongan Clostridia mampu memfermentasi gula menghasilkan sejumlah besar asam butirat sebagai produknya.(Madigan et al, 2003).



CO2 merupakan produk utama metabolisme bakteri golongan kemoorganotrof yang banyak ditemukan pada kondisi anaerob. Terdapat dua golongan bakteri yang dapat memanfaatkan CO2 sebagai akseptor elektron dalam metabolismenya yaitu homoasetogen melalui proses asetogenesis dan metanogen melalui proses metanogenesis. Contoh bakteri yang melakukan proses asetogenesis adalah Acetoanaerobium noterae, Acetogenium kivui, Clostridium aceticum, Desulfotomaculum orientis .(Madigan et al, 2003).

Biogas sebagai Alternatif Pemanfaatan Limbah

Biogas merupakan salah satu cara pemanfaatan limbah yang potensial dan dapat dikembangkan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Pembuatan biogas relatif mudah, tidak memerlukan bahan yang mahal namun bisa dihasilkan produk yang sangat berguna. Biogas dapat dibuat dari berbagai limbah baik limbah pertanian, limbah peternakan, limbah industri bahkan limbah domestik, dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bisa mendegradasi limbah akan dihasilkan produk akhir berupa gas metan dan karbondioksida. Komposisi biogas yang dihasilkan terdiri dari gas metan (55 - 65 %), karbondioksida ( 35-45%), nitrogen (0-3%), hydrogen (0-1 %), dan hydrogen sulfida (0-1 %) (Anunputtikul, Rodtong, 2004).

Faktor yang Menentukan Produksi Biogas

Keberhasilan dalam memproduksi biogas ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor- faktor yang menentukan dalam keberhasilan produksi biogas diantaranya :

Pengaruh pH

Biogas terbentuk karena adanya kerja berbagai bakteri yang ikut terlibat dalam aktivitas perombakan substrat kompleks. Pertumbuhan bakteri yang terlibat tersebut sangat dipengaruhi oleh pH. Nilai pH optimum dalam produksi biogas berkisar antara 7-8 (Fulford,1988). Diawal reaksi pembentukan biogas, bakteri penghasil asam akan aktif lebih dulu sehingga pH pada digester menjadi rendah, kemudian bakteri metanogen menggunakan asam tersebut sebagai substrat sehingga menaikkan nilai pH kembali menjadi netral, ini menandakan bahwa dalam proses produksi biogas terjadi pengaturan pH secara alami, tingkat keasaman diatur oleh proses itu dengan sendirinya. Karbondioksida yang dihasilkan oleh bakteri larut dalam air untuk membentuk ion bikarbonat (HCO3-) yang menyebabkan larutan menjadi lebih alkali. Jumlah ion bikarbonat dalam larutan tergantung pada konsentrasi karbondioksida dan jumlah asam yang ada pada slurry.(Fulford, 1988) Jika bakteri penghasil asam tumbuh terlalu cepat maka asam yang dihasilkan akan lebih banyak dari jumlah yang dapat dikonsumsi oleh bakteri penghasil metan, akibatnya sistem akan terlalu asam, jika hal ini terjadi maka pH akan turun, sistem menjadi tidak seimbang dan aktivitas bakteri penghasil metan akan terhambat.(Burke, 2001)


Pengaruh Suhu

Suhu berpengaruh terhadap produksi biogas, umumnya produksi biogas meningkat dua kali lipat setiap kenaikan suhu 100C pada kisaran suhu 150C - 350C (Fulford,1988). Bakteri metanogen sangat sensitif terhadap perubahan suhu, Perubahan suhu yang mendadak lebih dari 50C dalam satu hari dapat menyebabkan bakteri ini berhenti bekerja sementara.

Pengaruh Racun

Antibiotik, desinfektan, dan pestisida merupakan contoh jenis racun yang dapat membunuh bakteri dan dapat menyebabkan produksi biogas tidak terjadi. Begitupun dengan deterjen, hidrokarbon seperti kloroform dan pelarut organik lainnya merupakan racun dalam proses produksi biogas.(Fulford,1988; Burke,2001). Sebelum proses produksi biogas dimulai maka harus dipastikan bahwa digester, substrat serta air yang digunakan bebas dari berbagai racun yang dapat membunuh bakteri yang diperlukan.


Sifat dari Substrat

Sifat substrat yang digunakan dalam produksi biogas sangat menentukan keberhasilan produksi biogas itu sendiri. Pada dasarnya bahan yang dijadikan substrat tersusun dari materi organik seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Materi organik tersebut dapat didegradasi sehingga menghasilkan produk akhir berupa gas yang disebut biogas. Pada prinsipnya kecepatan dan efisiensi proses degradasi substrat tergantung pada bentuk secara fisik dan secara kimia.

Menurut Furfort (1988) substrat yang berasal dari kotoran ternak merupakan substrat yang paling mudah digunakan dalam produksi biogas dibandingkan substrat yang berasal dari tumbuhan, hal ini disebabkan kotoran ternak telah mengandung bakteri yang tepat serta proses degradasinya ikut dibantu secara mekanik oleh gigi pada saat proses mengunyah serta secara kimiawi dibantu oleh asam dan enzim pencernaan dalam saluran pencernaan hewan, hal ini berbeda dengan substrat yang berasal dari tumbuhan seperti limbah pertanian banyak mengandung lignin, selulosa serta hemiselulosa yang sulit didegradasi oleh bakteri sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk dikonversi menjadi biogas.

Konsorsium Bakteri

Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam proses pembentukan biogas adalah adanya peran serta bakteri, karena pada hakekatnya konversi materi organik menjadi biogas ini merupakan hasil kerja berbagai bakteri yang bekerja secara konsorsium.(Burke, 2001). Proses tidak akan berjalan jika hanya terdapat salah satu bakteri saja, konsorsium memerlukan lebih dari satu spesies bakteri metanogen, ada spesies metanogen yang mampu mengkonversi asetat menjadi metan contoh Thermoacetogenium phaeum, spesies lain mengkombinasikan CO2 dan H2 menjadi metan dan H2O melalui proses reduksi karbonat. (Fresspatent.,2007) Kondisi reaktor harus benar-benar dijaga agar tetap terjadi keseimbangan sehingga bakteri dapat bekerja secara konsorsium.

Terdapat dua golongan bakteri yang terlibat dalam proses konversi materi organik menjadi biogas, yaitu bakteri non metanogen dan bakteri metanogen. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu menghasilkan berbagai asam organik seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat dan lain-lain, contoh bakteri non metanogen adalah Escherichia coli, Bacteroides, Clostridium botylinum. Asam organik hasil kerja bakteri non metanogenik akan digunakan oleh bakteri metanogenik untuk dikonversi menjadi biogas.

Bakteri metanogen umumnya menyukai suasana pH netral atau alkali dengan kisaran nilai pH antara 6,8-8,5 untuk memproduksi metan (Teng,1994; Burke,2001). Bakteri penghasil asam tumbuh lebih cepat daripada bakteri penghasil metan. Jika bakteri penghasil asam tumbuh terlalu cepat maka asam organik yang dihasilkan lebih banyak dari jumlah yang dapat dikonsumsi oleh bakteri metanogen, akibatnya sistem akan terlalu asam, jika hal ini terjadi maka pH akan turun, sistem menjadi tidak seimbang dan aktivitas bakteri penghasil metan akan terhambat.( Furford,1988 ; Burke, 2001).

Archaebacteria

Karakteristik Bakteri Metanogen

Bakteri metanogen termasuk salah satu golongan Archaebacteria selain halofilik, dan termofilik, sesuai dengan nama golongannya Archaebacteria merupakan mikroorganisme yang tahan hidup di daerah ektrim seperti perairan dengan kadar garam tinggi (halofil) contoh Halobacterium, serta daerah dengan temperatur tinggi seperti hydrothermal vent (extreme thermofil) contoh Sulfolobus, Pyrodictium. Bakteri metanogen bersifat anaerob obligat, terbagi menjadi tiga group. Group I Methanobacterium dan Methanobrevibacter , Group II meliputi Methanococcus, dan Group III termasuk genera Methanospirillum dan Methanosarcina . Semuanya ada di lingkungan air tawar yang anaerob seperti sedimen serta pada saluran pencernaan hewan. (Dubey, 2005).

Secara lebih rinci karakteristik bakteri metanogen disajikan pada tabel II.1 di bawah ini :

Tabel II.2 Karakteristik bakteri metanogen

Karakteristik

Metanogen

Bentuk sel

Batang, kokus, spirilla, filament, sarcina

sifat

Gram + / Gram -

klasifikasi

Archaebacteria

Struktur dinding sel

Pseudomurein, protein, heteropolysaccharida

Metabolisme

anaerob

Sumber energi dan sumber karbon

H2 + CO2, H2+ metanol, format, metilamin, metanol(30 % diubah menjadi CH4), asetat (80 % diubah menjadi CH4)

Produk katabolisme

CH4 atau CH4 + CO2

(sumber :Dubey,2005)


Jika ditinjau dari struktur selnya, Archaebacteria memiliki kemiripan dengan struktur sel eubakteria yaitu sel dengan tipe prokariot, struktur membran sel lipid bilayer namun bedanya pada Archaea menggunakan gugus eter yang berikatan pada lipid berbeda dengan membran sel eubakteria yang menggunakan gugus ester untuk berikatan dengan lipid. Ikatan antara gugus eter dan lipid ini membentuk membran bilayer dari gliserol-dieter, membran monolayer dari digliserol-tetraeter.


Dinding sel berfungsi untuk melindungi sitoplasma dari perubahan tekanan osmotik dan memberi bentuk sel sehingga ada yang berbentuk kokus atau batang. Struktur dinding sel Gram positif dan Gram negatif tidak memiliki peptidoglikan, namun memiliki lapisan pseudopeptidoglikan yaitu suatu lapisan yang tersusun dari ulangan N-asetilglukosamin dan N-asam asetiltalosaminuronik (1-3 rantai, tahan terhadap lisozim ) dengan 7 group L-asam amino yang saling bertumpang tindih (Methanobacterium), memiliki lapisan polisakarida merupakan polimer tebal yang terdiri dari galaktosamin, asam glukoronat, glukosa, dan asetat . Lapisan ketiga berupa lapisan glikoprotein merupakan protein bermuatan negatif dengan banyak sisa asam amino terutama asam aspartat yang berikatan dengan polimer lain seperti glukosa, glukosamin, mannose, galaktosa, ribose, arabinosa. Lapisan protein merupakan lapisan terakhir dari struktur dinding sel Archaebacteria yang terdiri dari subunit polipeptida tunggal yang berbentuk lembaran (pada golongan Methanospirillum) atau beberapa subunit polipeptida yang berbeda (pada Methanococcus, Methanomicrobium).(Stevenson, 2008)

Kebanyakan metanogen bersifat mesofilik dengan kisaran suhu optimum antara 200C - 400C, namun metanogen juga dapat ditemukan di lingkungan ektrim seperti hydrothermal vent yang memiliki temperatur sampai 1000C. (Dubey,2005)

Identifikasi bakteri metanogen dapat dilakukan dengan mengkultivasi bakteri metanogen dalam medium selektif dengan kondisi anaerob, Metanogen tergolong archaebacteria dengan struktur dinding sel yang tidak memiliki peptidoglikan sehingga resisten terhadap agen yang dapat menghambat pembentukan peptidoglikan dan antibiotik cukup efektif digunakan untuk seleksi antara bakteri methanogen dan bakteri non methanogen.(Nakatsugawa,1992).

Antibiotik yang dapat digunakan adalah vancomycin yang efektif untuk menghambat pembentukan dinding sel serta kanamycin yang dapat menghambat sintesis protein.(Nakatsugawa,1992). Analisis bakteri metanogen dilanjutkan dengan analisis produksi gas metan dengan menggunakan Gas Kromatografi atau gas analizer. Identifikasi bakteri metanogen secara mikroskopik telah dikaji sejak era tahun 70an. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ronald W. Mink dan Patrick R.Dugan (1978) menunjukkan bahwa bakteri metanogen dapat diidentifikasi secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop fluoresens. Secara fisiologi bakteri metanogen memiliki suatu substansi yang disebut F420, yaitu suatu koenzim yang dapat terabsorpsi dengan kuat pada panjang gelombang 420 nm (Ronald,1978), dengan adanya koenzim F420 dalam keadaan terreduksi menyebabkan bakteri ini dapat memancarkan sinar fluoresens berwarna hijau kebiruan ketika disinari oleh sinar ultraviolet pada panjang gelombang tertentu dan dapat membedakannya dengan bakteri non metanogen. Fungsi dari koenzim F420 adalah sebagai pembawa elektron pada proses metabolisme yaitu pada proses metanogenesis. (Michael,1989)



Biogas


PENDAHULUAN


Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak cukup besar. Penggunaan BBM dari tahun ke tahun terus meningkat sedangkan produksi cenderung menurun (Hambali, 2006). Krisis BBM ini dapat diatasi dengan cara mencari sumber energi baru sebagai sumber energi alternatif. Sumber energi alternatif yang sedang dikembangkan dewasa ini adalah biofuel, hal ini sesuai dengan peraturan presiden no 5 / 2006 tentang kebijakan energi nasional dan instruksi presiden no.1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN).

Biofuel yang sedang dikembangkan saat ini adalah biodiesel. Biodiesel dapat diperoleh dari tumbuhan yang banyak mengandung minyak, seperti Jarak pagar (Jatropha curcas) (Haryadi, 2005). Pengembangan kebun induk Jarak pagar merupakan program utama pemerintah untuk lima tahun kedepan, dengan asumsi bahwa pada tahun pertama 1 ha lahan terdapat 2500 pohon akan dihasilkan 600 kg biji jarak/ha dan tahun kelima diharapkan terdapat 2530 ha kebun budidaya (Hambali, 2006).

Pengolahan biji jarak menghasilkan minyak jarak pagar dan bungkil jarak. Bungkil jarak merupakan limbah dari proses pembuatan biodiesel. Pemanfaatan bungkil jarak telah dikembangkan sebagai pupuk organik dan sebagai bahan baku pembuatan briket (Hernas, 2002 ; Republika, 10 Agustus 2006). Namun dengan melihat kandungan bahan organik yang terdapat dalam bungkil jarak ini, masih menyimpan potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku biogas yang selama ini baru dilakukan dalam tahap penelitian (Hernas , 2002).

Biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat diproduksi dari berbagai limbah, baik limbah industri, limbah domestik, limbah pertanian maupun limbah peternakan. Komposisi biogas meliputi gas karbondioksida, gas hidrogen, gas nitrogen dan gas metana. Gas metana terbentuk karena proses fermentasi secara anaerob oleh bakteri metanogen dan bakteri aerob yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa), sehingga terbentuk gas metana (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Kompas, 17 Maret 2005). Penggunaan bungkil jarak sebagai substrat untuk produksi biogas telah dikembangkan di Nikaragua sejak tahun 1997, namun sistem biogas dari bungkil jarak ini belum banyak dikembangkan di Indonesia. Untuk menuju skala pilot dalam produksi biogas dari bungkil jarak ini, perlu diadakan penelitian skala laboratorium untuk mengoptimasi mikroorganisme yang terlibat, kondisi lingkungan yang optimum dalam produksi biogas sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan untuk diaplikasikan pada skala pilot bahkan lebih jauh lagi pada skala industri.

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

Pembentukan biogas dipengaruhi oleh pH, suhu, sifat substrat, keberadaan racun, konsorsium bakteri. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan biogas untuk mengubah senyawa yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana . Bakteri non metanogen ada yang bersifat aerob dan anaerob yang termasuk bakteri hidrolitik, fermentatif, dan asetogenik (Madigan et al., 2003). Bakteri Metanogen tergolong Archeabacteria, secara fisiologi bakteri metanogen memiliki suatu substansi yang disebut F420, yaitu suatu koenzim yang dapat terabsorpsi dengan kuat pada panjang gelombang 420 nm (Mink & Dugan, 1976), dengan adanya koenzim F420 dalam keadaan terreduksi menyebabkan bakteri ini dapat memancarkan sinar fluoresens berwarna hijau kebiruan ketika disinari oleh sinar ultraviolet pada panjang gelombang tertentu dan dapat membedakannya dengan bakteri non metanogen. Fungsi dari koenzim F420 adalah sebagai pembawa elektron pada proses metabolisme yaitu pada proses metanogenesis (Peck, 1989).

Metanogenesis adalah proses konversi materi organik menjadi gas CH4 dan CO2 yang terjadi secara anaerob (Burke, 2001), proses ini merupakan tahap terakhir yang paling menentukan dalam produksi biogas. Metanogenesis terjadi dengan melibatkan populasi mikroba yang bekerja secara konsorsium. Secara lengkap proses degradasi materi organik secara anaerob ini meliputi empat tahap, yaitu : hidrolisis polimer oleh organisme hidrolitik ; pembentukan asam dari materi organik yang melibatkan bakteri fermentatif ; pembentukan asetat dari metabolit hasil fermentasi yang dilakukan oleh bakteri homoasetogenik atau bakteri sintrofik; pembentukan CH4 dari H2 atau CO2, asetat, alkohol, propionat atau butirat (Dubey, 2005).

Search

Custom Search

Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Construction. Powered by Blogger